Kajian Subuh Istiqlal: Tips Mencapai Keluarga Sakinah, Mawaddah Wa Rahmah
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Membina rumah tangga yang berselimut ketenangan dan keberkahan ialah dambaan setiap keluarga. Untuk mencapainya, Allah subhanahu wata'ala telah memberi pedoman dalam Al-Qur'an, dan Rasulullah SAW telah menjadi tauladan untuk meraih keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
فَمَا خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum (30) ayat 21)
Dr. KH. Masruhin, Lc. MA dalam kajian subuh di Lantai Utama Masjid Istiqlal menjabarkan, bahwasannya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dapat tercapai jika suami istri saling memenuhi peran dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
Baik suami atau istri perlu saling menjadi yang terbaik. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW, bahwasannya beliau ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya." (HR. Tirmidzi)
Seorang suami yang dapat menciptakan suasana sakinah, mawaddah, warahmah dalam rumah tangga, sebagaimana yang dibahas KH Masruhin adalah yang mampu menjalani tugas dan perannya sebagaimana berikut:
1. Memberikan Rasa Nyaman dan Tenang kepada Istri
Suami harus menjadi sumber ketenangan dan kenyamanan bagi istrinya. Ini berarti menciptakan lingkungan yang aman, tentram, dan bebas dari kekhawatiran yang tidak perlu.
2. Memenuhi Kebutuhan Primer yang Layak
Suami berkewajiban untuk menyediakan sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal) yang layak bagi keluarganya. Pemenuhan kebutuhan dasar ini merupakan fondasi penting bagi kenyamanan dan keharmonisan rumah tangga.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah subhanahu wata'ala dalam QS. An-Nisa (4) ayat 34,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)..." (QS. An-Nisa (4) ayat 34)
Adapun peran seorang istri yang terbaik, atau yang dikenal sebagai istri salehah, memiliki ciri-ciri sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, yaitu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلَا مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ ditanya: "Wanita manakah yang paling baik?" Beliau menjawab: "Yang menyenangkan suaminya apabila dilihat, mentaatinya apabila diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada dirinya dan hartanya dalam hal yang dibenci (suami)." (HR. An-Nasa'i dan Ahmad)
1. Membuat Suami Tersenyum saat Melihatnya
Istri salehah adalah sosok yang dapat menghadirkan kebahagiaan dan ketenangan hati bagi suami hanya dengan kehadirannya atau saat suami memandangnya. Ini menunjukkan adanya rasa cinta, penghormatan, dan kenyamanan.
2. Taat pada Perintah Kebaikan
Istri harus patuh dan taat pada perintah suami selama perintah tersebut dalam koridor kebaikan dan tidak bertentangan dengan syariat agama. Ketaatan ini menciptakan keteraturan dan saling menghargai.
3. Menjaga Harga Diri dan Harta Suami saat Suami Tidak Ada
Ini mencakup menjaga kehormatan diri istri, tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak nama baik keluarga, serta amanah dalam mengelola dan menjaga harta benda suami ketika suami tidak berada di rumah.
Selain pembagian peran ini, Dr. Masruhin juga menekankan pentingnya menjaga rahasia rumah tangga dan tidak menceritakan keburukan pasangan kepada orang lain, terutama di media sosial.
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
"...mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah (2) ayat 187)
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
"Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami menyebarkan rahasia (ranjang) mereka." (HR. Muslim No. 1437)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Barang siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat." (HR. Muslim)
(FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)