Hikmah: Menjadi Generasi Terbaik Dengan Akhlak Agung
Sebagai sebuah bangsa, kita mungkin tidak digantikan dengan makhluk dari bangsa lain, namun ketika moral kita sudah sangat jauh keluar dari moral dan nilai Islam, maka eksistensi kita sebagai bangsa dan generasi terbaik terancam untuk digantikan.
Oleh: Dr. Budi Utomo, S.Th.I, M.A.
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu agama Islam, merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir dan penutup para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal suku dan bangsanya.
Misi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam antara lain adalah menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus di tengah-tengah masyarakat pada zaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan perilaku masyarakat sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang menindas.
Puncak keagungan akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, digambarkan Allah: diayat:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS Al-Qalam/68: 4).
Akhlak yang mencontoh akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, dikaitkan langsung dengan keimanan kepada hari akhirat, Allah subhanahu wata'ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab/33: 21).
Dalam kisah primordial asal-usul konsep penciptaan manusia dan permusuhannya dengan Iblis. Surat Al Baqarah/2: 30 menjelaskan bahwa manusia diangkat sebagai khalifah di bumi, tugasnya adalah memakmurkan bumi dan menjalankan perintah Allah.
Manusia diberi amanah untuk menjaga keseimbangan, namun sering kali lupa dan bertindak seolah pemilik mutlak, yang berujung pada bencana ekologis dan spiritual. Manusia adalah Makhluk pengganti perusak bumi sebelumnya. Penghuni sebelum manusia yang berbuat angkara murka itu Allah binasakan dan digantikan manusia. Dalam Al-Qur`an:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". QS. Al-Baqarah/2: 30.
Dalam sebuah penafsiran atas pertanyaan malaikat, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ?” Dalam sebuah penafsiran, ini dilatarbelakangi adanya perilaku satu bangsa penghuni bumi yang pernah melakukan hal tersebut dan telah diberantas oleh pasukan malaikat.
Malaikat khawatir kejadian itu akan terulang kembali. Para malaikat mengkiaskan manusia dengan makhluk sebelumnya. Ucapan para malaikat ini bukan dimaksudkan menentang atau memprotes Allah, bukan pula karena dorongan dengki terhadap manusia. Namun Allah menjawab bahwa Dia Maha Mengetahui dari apa yang tidak diketahui malaikat. Artinya Allah Menghendaki adanya kemaslahatan besar di balik penciptaan manusia sebagai khalifah.
Maka bagaimana mungkin umat Nabi terakhir harus lagi terperosok kepada kerendahan akhlak, berbuat huru-hara dan menumpahkan darah. Seharusnya kita semua kembali kepada ayat ajaran Allah. Perhatikan dengan seksama tentang karakteristik para sahabat Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan orang-orang beriman. Dalam Al-Qur`an:
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰةِ ۖ وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِ ۛ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْاَهٗ فَـَٔازَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. QS. Al-Fath/48: 29
Pada kalimat:
{تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا}
“kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya.” (Al-Fath/48: 29)
Allah menyifati mereka sebagai orang-orang yang banyak beramal shalih, mengerjakan salat yang merupakan amal yang terbaik. Mereka melakukannya dengan tulus ikhlas dan memohon pahala yang berlimpah dari sisi-Nya, yaitu surga yang merupakan karunia dari-Nya.
Karunia dari Allah itu adalah rezeki yang berlimpah bagi mereka. Rida-Nya kepada mereka dianggap jauh lebih baik dari nikmat yang pertama, yakni surga. Umat Islam yakin bahwa keridaan Allah lebih besar kebaikannya dari apapun, sebagaimana yang dalam Al-Qur`an: Dan keridaan Allah adalah lebih besar. (At-Taubah: 72)
Adapun pada sifat zahirnya para pengikut Nabi digambarkan memiliki wajah yang teduh dan penuh dengan kedamaian:
{سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ}
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (Al-Fath: 29)
Tanda baik yang ada pada wajah ini menggambarkan pengaruh dari banyaknya sujud kepada Allah karena takut dan taat. Penampilan orang-orang yang membawa hakekat khusyuk dan rendah diri dalam shalat ke luar shalat.
Maka orang-orang yang mendapatkan pengaruh mendalam dari sujud ini tidak mungkin berbuat angkara, aniaya dan menumpahkan darah.
Para sahabat Nabi dan para pengikut dari masa ke masa adalah kaum dan generasi terbaik pada jamannya. Jadilah bagian dari mereka dengan tidak kehilangan sikap lemah lembut dan selalu berbuat baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberian-Nya, lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah/5: 54)
Ayat ini menyebutkan tentang generasi terbaik yang Allah pilih untuk menjadi penolong agama-Nya. Tatkala suatu kaum berpaling dari memperjuangkan Islam, luput dari perjuangan meninggikan Islam sebagai ajaran dan nilai maka kaum itu terpuruk dalam lembah kehinaan yang dapat membinasakan. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan :
يَقُولُ تَعَالَى مُخْبِرًا عَنْ قُدْرَتِهِ الْعَظِيمَةِ أَنَّ مَنْ تَوَلَّى عَنْ نُصْرَةِ دِينِهِ وَإِقَامَةِ شَرِيعَتِهِ ، فَإِنَّ اللَّهَ يَسْتَبْدِلُ بِهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ لَهَا مِنْهُ وَأَشَدُّ مَنْعَةً وَأَقْوَمُ سَبِيلًا
“Allah ‘Azza wa Jalla mengabarkan tentang kemampuan-Nya yang amat agung bahwa siapa saja yang berpaling dari memperjuangkan agama-Nya dan menegakkan sayariat-Nya, sesungguhnya Allah akan mengganti mereka dengan orang-orang yang lebih baik dari mereka, lebih kuat dan lebih lurus jalannya.”
Sebagai sebuah bangsa, kita mungkin tidak digantikan dengan makhluk dari bangsa lain, namun ketika moral kita sudah sangat jauh keluar dari moral dan nilai Islam, maka eksistensi kita sebagai bangsa dan generasi terbaik terancam untuk digantikan.
Semoga Allah menjadikan bangsa dan masyarakat Indonesia sebagai yang dicintai Allah dan kita pun mencintai Allah. Ya Allah jauhkan bangsa ini dari akhlak-akhlak yang tercela, jauhkan negeri kami Indonesia dari perpecahan dan pertumpahan darah. Ya Allah, bimbing kami untuk sampai pada aman, damai dan sejahtera sentosa. Aamiin.