Kajian Qabla Jumat: Hudur Kontinu dan Kehidupan yang Bermoderat
Memiliki Kehidupan Pribadi dan Keluarga Tidak Berarti Munafik, Melainkan Bagian dari Keseimbangan Dunia dan Akhirat.
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Hadis Hanzalah membahas hal mendasar yang sering dikaitkan dengan kekhawatiran rohani setiap Muslim, yaitu bagaimana tetap menjaga keimanan dengan baik di tengah kehidupan yang penuh dengan urusan dunia. Dr. KH. Mahkamah Mahdi, MA membawakan hadis ini dengan tujuan mengingatkan kembali kepada jamaah untuk mencapai Hudur Kontinu yang berarti kehadiran hati yang berkelanjutan untuk Allah dan menerapkan prinsip kehidupan yang moderat (Sa'ah wa Sa'ah) atau sekali-sekali tidak mengapa.
KH. Mahkamah yang menceritakan dialog antara dua sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yaitu Hanzalah bin Rabi’il Usayidi (salah satu juru tulis Rasulullah) dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Rib’iy Hanzhalah bin Ar Rabi’ Al-Usaidiy Al-Katib berkata,
لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقالَ: كيفَ أَنْتَ؟ يا حَنْظَلَةُ قالَ: قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قالَ: سُبْحَانَ اللهِ ما تَقُولُ؟ قالَ: قُلتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، يُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا، قالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللَّهِ إنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هذا، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حتَّى دَخَلْنَا علَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، يا رَسُولَ اللهِ، فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ وَما ذَاكَ؟ قُلتُ: يا رَسُولَ اللهِ، نَكُونُ عِنْدَكَ، تُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِكَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، نَسِينَا كَثِيرًا فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِهِ إنْ لو تَدُومُونَ علَى ما تَكُونُونَ عِندِي، وفي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ المَلَائِكَةُ علَى فُرُشِكُمْ وفي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Artinya: “Abu Bakar radhiallahu’anhu menjumpaiku dan berkata, ‘Bagaimana kabarmu ya Hanzhalah?‘ Aku pun menjawab, ‘Aku telah menjadi munafik.‘ Abu Bakar berkata, ‘Subhanallah, apa yang sedang kau katakan?‘ Jawabku, ‘Ketika kami berada di majelis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seakan-akan surga dan neraka ada di hadapan kami (ketika Rasulullah mengingatkan kami tentangnya – pent.). Namun, saat kami berada diluar majelisnya maka kami disibukkan dengan istri-istri, anak-anak dan kehidupan kami hingga kami banyak lupa (terhadap akhirat).‘ Maka berkata Abu Bakar radhiallahu’anhu, ‘Demi Allah, Aku pun merasakan hal yang sama.‘ Maka kami pun bermaksud mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Aku pun berkata, ‘Hanzhalah telah munafik wahai Rasulullah.‘ Rasulullah bertanya, ‘Apa maksudmu?‘ Jawabku, ‘Wahai Rasulullah seakan surga dan neraka ada dihadapan kami ketika engkau mengingatkan kami tentangnya dalam majelismu. Akan tetapi, ketika kami tidak lagi berada di majelismu kami pun lalai dengan anak, istri dan kehidupan kami sehingga kami banyak melupakan (akhirat).‘ Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwa aku ada pada genggaman-Nya, jika kalian terus beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan selalu mengingat akhirat, maka niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian maupun di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, manusia itu sesaat begini dan sesaat begitu.‘ Beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR. Muslim no. 2750)
Berdasarkan keluhan dari kedua sahabat dengan mengatakan “نَافَقَ حَنْظَلَةُ” atau “ Hanzalah telah menjadi munafik.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan dua tingkatan spiritual sebagai solusi untuk mukmin, yakni:
1. Hudur Kontinu
Malaikat senantiasa menemani hamba yang selalu berzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala.  Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمْ الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يَا حَ يَقُولُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ.
Artinya: "Demi Dzat yang jiwaku ada pada genggaman-Nya, jika kalian terus beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan selalu mengingat akhirat, maka niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian maupun di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, manusia itu sesaat begini dan sesaat begitu.‘ Beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR. Muslim no. 2750)
Sesuatu yang terjadi dalam tubuh kita, semua berasal dari tadbir Allah subhanahu wa ta'ala. Ketika tadbir Allah menghendaki, kita bisa kehilangan semuanya dalam waktu singkat. “Ketika kita melihat dan senantiasa bersama Tadbir Allah subhanahu wa ta'ala merupakan tingkat spiritual yang palin tinggi. Efeknya malaikat senantiasa bersama kita, menemani, melindungi, dan mendoakan kita,” ujar KH. Mahkamah
2. Sa’ah Wa Sa’ah 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengulangi perkataan “Sa’ah Wa Sa’ah” sebanyak 3x yang memiliki arti seperti, sesaat begini dan sesaat begitu, semua hal ada masanya sendiri, sesekali tak mengapa, atau sesekali bolehlah. Dari beberapa arti tersebut memiliki makna yang menjelaskan bahwa manusia perlu menyeimbangkan antara kehidupan spiritual dan kehidupan duniawi. “Ada waktu untuk dunia, ada waktu untuk akhirat. Ada waktu untuk dzikir, tafakur, berkhalwat, ada juga waktu untuk bekerja, ” jelas KH. Mahkamah
Hati Manusia seperti Ruang Kendali dengan Dua Monitor
Dua monitor yang diilustrasikan ialah menggambarkan antara hubungan manusia dengan dunia dan Tuhannya. Pada monitor pertama, hati manusia menayangkan semua urusan dunia seperti pekerjaan, keluarga, anak, target kehidupan, dan hal duniawi lainnya. Monitor ini selalu aktif, tetapi jika monitor ini yang menyala, hati akan lelah karena ambisi dan tuntutan kehidupan.
Monitor kedua menayangkan hubungan kita dengan Allah subhanahu wa ta'ala yang memberi sinyal iman, ketaqwaan, keikhlasan, dan cinta sejati kepada Sang Pencipta. Jika monitor ini yang menyala insyaallah dunia akan terasa ringan, karena Allah Sang Maha Pencipta yang memegang kendali.
Mengenai dua monitor, kita perlu benar-benar memperhatikan tadbir Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatur segala sesuatu, baik dalam diri kita seperti kesehatan dan penglihatan, maupun di lingkungan sekitar kita. Dengan memperhatikan kebijaksanaan Allah, kita akan terus merasa dekat dengan-Nya sehingga tidak merasa kesepian di dunia ini. Maka dari itu, kita bertugas untuk menjaga keaktifan kedua monitor tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu!) Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya) dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Al-Anfāl [8]:24)
Hadis Hanzalah merupakan panduan hidup moderat atau seimbang. Iman harus memiliki porsi dengan cara “sesaat begini dan sesaat begitu” agar amal tetap berlanjut, namun di sisi lain, kita harus mengaktifkan Tadbir Allah subhanahu wa ta'ala di hati sebagai fondasi Hudur Kontinu. Dengan demikian, seorang Muslim dapat bekerja tanpa melupakan akhirat, dan beribadah tanpa meninggalkan dunia. (TANZA/Humas Media Masjid Istiqlal)
 

 Indonesia
 Indonesia Arabic
 Arabic.png)
.png)
