Dars Fajar Habib Umar di Istiqlal: Lima Pilar Keimanan, Hikmah Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji
Orang Mukmin terobsesi pada ibadah (shalat, puasa) dan memikirkan cara mendekatkan diri kepada Allah. Orang Munafik hanya terobsesi pada makanan, minuman, pakaian, dan penampilan di hadapan manusia.
Jakarta, www.istiqlal.or.id – Pagi yang penuh berkah menyelimuti Masjid Istiqlal, ribuan jamaah memadati lantai utama masjid untuk menyaksikan kajian Habib Umar bin Hafidz yang membahas tentang Prioritas Mukmin vs. Munafik, dengan fokus pada Pentingnya Shalat Lima Waktu.
Dalam pembahasannya Habib Umar menjelaskan dari Al Imam As Syekh Nawawi bin Umar Al Bandzani Al Jawi, beliau menyebutkan hal-hal yang berkenaan dengan shalat lima waktu pada waktunya yang merupakan nilai-nilai daripada keimanan. Dan mengisyaratkan bahwasannya mereka yang memprioritaskan shalat lima waktu, merekalah orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk mendekat kepada-Nya.
Habib Umar menjelaskan bahwa perbedaan paling mencolok antara orang beriman (mukmin) dan orang munafik adalah pada obsesi atau prioritas yang ada di dalam hati mereka. apa obsesi yang ada dalam hati orang tersebut antara orang yang beriman dan orang yang kafir?
Orang Mukmin terobsesi pada ibadah (shalat, puasa) dan memikirkan cara mendekatkan diri kepada Allah. Orang Munafik hanya terobsesi pada makanan, minuman, pakaian, dan penampilan di hadapan manusia.
Al Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Barang siapa yang obsesi dan semangatnya hanya memprioritaskan apa yang masuk ke dalam perutnya, maka nilai (kadar) orang tersebut seperti benda yang keluar dari perutnya."
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah)
Jika seseorang bangun pagi dengan keadaan semangat, ujar Habib Umar, dan yang dipikirkan, diprioritaskan ialah mengenai akhirat, maka Allah Ta'ala padukan segala urusan dia dengan kemudahan, dijadikan kaya batin dan sanubarinya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan merendah–tunduk–di bawah telapak kakinya.
Di antara hikmah shalat lima waktu, waktu-waktunya tersebut dapat menjadi kesempatan bagi mukmin untuk mengaudit dan mengecek dirinya dan dalam memperbaharui semangatnya, menata waktunya, menata kehidupannya agar lebih tertib, lebih teratur di saat-saat yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala pada siang maupun malam hari.
Allah Ta'ala berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 103, sesungguhnya shalat merupakan sebuah kewajiban yang Allah Taala wajibkan kepada setiap mukmin di waktu-waktu yang telah ditentukan oleh-Nya..
… اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا
Artinya: “...Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.” (Qs. An-Nisa ayat 103)
Allah ta’ala juga berfirman dalam QS. Al-Ma’un ayat 4 s.d. 5,
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Artinya: “Maka celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya" (Qs: Al-Ma'un 4-5).
Urgensi Zakat Bagi Umat Muslim
Habib Umar juga menjelaskan mengenai zakat yang diwajibkan dalam syariat ada dua macam, yaitu zakat harta dan zakat badan. Seseorang wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab nafkahnya, seperti istri dan anak.
Disebutkan dalam riwayat bahwa puasa Ramadhan tidak akan diangkat kepada Allah sebelum zakat fitrah ditunaikan, sehingga zakat fitrah menjadi penyempurna puasa. Mengenai ancaman melalaikan harta, dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 35 dijelaskan:
يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَـٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
Artinya: (Ingatlah) Pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta benda yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Qs: At-Taubah 35).
Ancaman Melalaikan Zakat
Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya akan dicabut keberkahannya dan berpotensi hancur atau bangkrut. Di hari kiamat, harta yang tidak dizakati akan diubah menjadi ular beracun yang melilit dan menyiksa pemiliknya. Hal tersebut sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ ثُمَّ تَلَا ( لَا يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ ) الْآيَةَ
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak menunaikan zakatnya, pada hari kiamat hartanya dijadikan untuknya menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang kulit kepalanya rontok karena di kepalanya terkumpul banyak racun), yang berbusa dua sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Ular itu memegang[2] dengan kedua sudut mulutnya, lalu ular itu berkata,’Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu’. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,’Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil menyangka … Al ayat’.” [HR Bukhari].
Puasa, Balasannya Langsung dari Allah
Habib Umar menjelaskan tentang Puasa adalah amalan yang balasannya tidak diketahui, sebagaimana Allah berfirman dalam hadits qudsi,
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Puasa tidak sempurna hingga seseorang meninggalkan semua perbuatan dosa, baik besar maupun kecil. Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).
Ibadah Haji, Memenuhi Panggilan Illahi
Dalam tausiahnya, Habib Umar juga menjelaskan tentang makna daripada haji adalah bermaksud berziarah ke Baitullah Al Haram dengan tujuan ibadah. Di antara rukun haji yang paling agung adalah rukun wukuf di Padang Arafah. Disunnahkan di dalam satu wukuf arafah menggabungkan waktu antara siang hari dan malam hari.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
(Ingatlah) ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan berfirman), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun, sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, mukim (di sekitarnya), serta rukuk (dan) sujud. (QS. Al-Ḥajj [22]:26).
Dijelaskan juga dalam Surat Al-Baqarah ayat 125:
وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةًۭ لِّلنَّاسِ وَأَمْنًۭا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِـۧمَ مُصَلًّۭى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِـۧمَ وَإِسْمَـٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَـٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang itikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!"(Qs: Al-Baqarah 125)
Dalam kajian subuh ini ditekankan juga mengenai keutamaan di balik rukun terakhir haji yaitu mencukur gundul (halq) saat tahallul. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَعَنْـ [ ـهُ ] ; { أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ ( قَالَ: ” اَللَّهُمَّ ارْحَمِ اَلْمُحَلِّقِينَ ” قَالُوا: وَالْمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. قَالَ فِي اَلثَّالِثَةِ: ” وَالْمُقَصِّرِينَ ” } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang mencukur rambutnya.” Mereka bertanya, “Orang-orang yang memendekkan rambutnya, wahai Rasulullah?” Beliau berdoa untuk yang ketiga, “Dan orang-orang yang memendekkan rambutnya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari
Sebuah karunia tak terhingga dari Allah SWT yang menunjukkan betapa besar penghargaan-Nya atas pengorbanan hamba-Nya. (VISCHA/ Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Indonesia
Arabic.png)
.png)


