Dars Fajar Habib Umar: Menuntut Ilmu Sebagai Fondasi Kebahagiaan Dunia Akhirat
Ilmu syariat merupakan sumber dari segala ilmu yang diperlukan oleh bidang-bidang ilmu selainnya.
Jakarta, www.istiqlal.or.id – Pada pagi hari seusai pelaksanaan shalat subuh yang penuh keberkahan, ribuan jamaah hadir untuk menyaksikan kajian Habib Umar bin Hafidz yang membahas tentang jenis-jenis ilmu dalam Islam dan keutamaan menuntut ilmu sebagai dasar kebahagiaan dunia dan akhirat.
Habib Umar menjelaskan, ilmu yang menjadi pondasi utama ajaran Islam ini berpusat pada Al-Qur’an termasuk tafsir dan ushul tafsirnya, hadis (beserta ushulnya) serta ilmu syariat dan ushul fiqih.
“Sesungguhnya di antara ilmu yang menjadi asas daripada agama ini, ilmu syariat ini adalah ilmu yang berkenaan dengan Al-Quran dan tentang tafsir Al-Quran dan ushul daripada tafsir Al-Quran tersebut. Begitu juga tentang hadis dan usul daripada hadis. Begitu juga tentang ilmu syariat dan ushul dalam fiqih itu,” Ujar Habib Umar.
Habib Umar menjelaskan bahwa Al Imam Ghazali menyampaikan tentang ilmu syariat adalah ilmu yang diambil dari apa yang Allah SWT wahyukan kepada para nabi-Nya. “Dan itu bukan sejenis ilmu yang bisa dicapai dengan begitu saja oleh akal, seperti ilmu hitung menghitung, begitu juga bukan dengan uji coba seperti ilmu pengobatan kedokteran.”
Ilmu syariat merupakan sumber dari segala ilmu yang diperlukan oleh bidang-bidang ilmu selainnya. Ilmu zahir dinilai tidak maksimal penggunaannya jika tanpa didampingi ilmu syariat. Setiap ilmu yang dipakai tanpa didampingi ilmu syariat akan lebih banyak merusaknya daripada manfaatnya.
“Dan ilmu-ilmu duniawi tanpa didampingi ilmu syariat ini kita lihat di zaman sekarang ini banyak terjadi permasalahan, kerusuhan, kekacauan, kerugian, menimbulkan kerusakan di muka bumi bahkan pembantaian. Para perusak yang zalim memakai ilmu duniawi untuk kerusakan di muka bumi. Adapun apabila ilmu tersebut dipakai sesuai dengan ilmu syariat, maka akan terhindar dari mudharat yang ada di dalamnya, dan akan lebih luas manfaatnya, tegas Habib Umar.
Ilmu syariat yang diambil dari para nabi-nabi itu merupakan ilmu fardu yang wajib diketahui oleh setiap muslim dan muslimah. Habib Umar menekankan bahwa ilmu yang paling penting adalah ilmu syariat yang berkaitan dengan kewajiban seorang hamba terhadap Tuhan-Nya, seperti cara melakukan shalat dan membersihkan diri (thaharah). Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia tidak akan memberi manfaat maksimal jika tidak didampingi oleh ilmu syariat.
Habib Umar mengutip Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
تَعَلَّمْ الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لَكَ حَسَنَةٌ ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ ، وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ ، وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ ، وَتَعْلِيمَهُ مَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَبَذْلَهُ لِأَهْلِهِ قُرْبَةٌ .
Artinya: “Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).”
Ilmu yang merupakan fardu ain yaitu ilmu yang wajib diketahui setiap muslim. Seseorang wajib melakukan perjalanan jauh demi mencari ilmu wajib ini jika tidak ada di negerinya, meskipun banyak umat yang meremehkannya. Terdapat juga ilmu yang hukumnya fardhu kifayah, yaitu ilmu yang wajib dipelajari setidaknya oleh sebagian orang di setiap daerah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Hukum mempelajari ilmu tersebut adalah sunnah dan sangat dianjurkan dalam syariat ini. Allah ta’ala berfirman kepada makhluk Allah yang paling dicintai-Nya dan yang paling berilmu di sisi-Nya–Nabi Muhammad Saw. Allah subhanahu wata'ala berfirman,
رَبِّي زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِي فَحْمًا
Artinya : Ya Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu dan berilah aku kepahaman. (Surah Ta Ha, Ayat 114).
Habib Umar menekankan bahwa ilmu yang paling wajib adalah ilmu syariat yang berkaitan dengan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya, seperti tata cara shalat dan bersuci (thaharah). Ilmu-ilmu duniawi tidak akan maksimal manfaatnya tanpa didampingi oleh ilmu syariat.
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِࣖ
Artinya: Apakah orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dalam keadaan bersujud, berdiri, takut pada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ulul albab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar [39]:9)
Ayat ini digunakan sebagai penegasan bahwa kedudukan orang berilmu sangat mulia di sisi Allah SWT.
Selain kewajiban menuntut ilmu, Habib Umar juga menegaskan wajibnya seorang penuntut ilmu menjaga adab terhadap guru, lingkungan majelis, dan sesamanya. “lmu sejati terlihat dari pengamalannya, bukan sekadar dari hafalan.”
Ilmu didapat dengan usaha (kasbiyun) dengan mendampingi ulama (sama'un), dapat membuka pemahaman yang kokoh (fiqhun nafsi). Dalam menuntut ilmu Wajib memiliki niat yang ikhlas semata-mata mencari ridha Allah, bukan untuk mencari harta, kedudukan, popularitas, atau berdebat. Mencari ilmu syariat karena faktor duniawi tidak akan mencium aroma surga.
Kajian tersebut turut membahas keagungan Al-Qur’an sebagai mukjizat sekaligus pedoman hidup, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Hasyr ayat 21,
لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِۗ وَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: Seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir. (QS. Al-Hasyr ayat 21).
Habib Umar menutup kajiannya dengan nasehat mengajak jamaah untuk tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki, namun terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah melalui jalan ilmu dan amal. (VISCHA/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Indonesia
Arabic
.png)
.png)

