Khutbah Jumat Istiqlal: Media Sosial Sebagai Wahana Aktual Untuk Dakwah

Dalam menggunakan media sosial sebagai wahana dakwah, kita harus bijak dan bertanggung jawab.

Share :
Khutbah Jumat Istiqlal: Media Sosial Sebagai Wahana Aktual Untuk Dakwah
Artikel

Oleh: Dr.H.Musyfiq Amrullah, Lc, M.Si
(Pimpinan dan Pengasuh Ponpes. At-Tawazun - Subang, Jawa Barat)

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Maasyiral Muslimin jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah SWT, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita, terutama nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad , kepada keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Saudara-saudaraku seiman, pernahkah kita merenungkan, apa tugas utama seorang Nabi dan Rasul? Apa inti dari seluruh risalah yang dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, hingga penutup para nabi, Nabi Muhammad? Jawabannya jelas: Dakwah. 

Dakwah, yang secara harfiah berarti "mengajak" atau "memanggil," adalah tugas mulia untuk mengajak manusia kembali ke jalan yang lurus, yaitu tauhid, mengesakan Allah, dan menjalankan syariat-Nya. Selama 23 tahun masa kenabiannya, Nabi Muhammad tidak pernah berhenti berdakwah. Beliau adalah teladan sempurna dalam menyampaikan kebenaran dengan penuh hikmah, kesabaran, dan kasih sayang, bahkan di tengah penolakan dan permusuhan.

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 125:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”

Menurut Beberapa Ahli Tafsir, ayat ini adalah peta jalan (metodologi) bagi setiap da'i (penyeru), yang harus diterapkan secara fleksibel dan proporsional sesuai dengan kondisi audiens (sasaran dakwah).

Yang Pertama Adalah Al-Hikmah (Kebijaksanaan) Dalam Tafsir Al-Misbah, Hikmah diartikan sebagai cara yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. 

Yang Kedua Adalah Mau’izhah  Hasanah (Nasihat yang Baik) yang diartikan sebagai gambaran yang menyentuh hati dan mengarah pada kebaikan. Kata Al-Hasanah (yang baik) menjadi penekanan penting. 

Yang ketiga adalah Al-Jidaal Billati Hiya Ahsan (Berbantah dengan Cara yang Terbaik) yaitu adalah proses bertukar pikiran atau berdebat untuk menegakkan kebenaran. Sekali lagi, kata Al-Ahsan (yang terbaik) sangat ditekankan. 

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Jum’at Yang Dirahmati Allah SWT.

Dakwah adalah tugas Nabi, dan beliau telah menunaikannya dengan sempurna hingga akhir hayat. Lantas, setelah wafatnya Rasulullah , apakah tugas dakwah ikut berhenti? Tentu tidak. Nabi Muhammad telah mewariskan kepada kita, umatnya, sebuah amanah besar, yaitu untuk melanjutkan tugas suci ini. 

Kita adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, salah satu alasannya adalah karena kita memiliki tanggung jawab amar ma'ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran).

Allah SWT berfirman dalam Surat Ali 'Imran ayat 110:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ وَقُوْدُ النَّارِۗ ۝١٠

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Jum’at Yang Dirahmati Allah SWT.
Kewajiban berdakwah bukan hanya milik para ulama, kiai, atau ustadz yang berdiri di mimbar seperti saya saat ini. Dakwah adalah kewajiban setiap Muslim, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Nabi SAW bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
Artinya: ”Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”

Dakwah hari ini tidak harus selalu berupa pidato formal. Kita bisa melaksanakannya dalam banyak bentuk:

⦁ Dakwah Bil Hal (Melalui Perbuatan): Ini adalah dakwah yang paling kuat pengaruhnya. Tunjukkanlah ajaran Islam yang indah melalui akhlak mulia kita: jujur, amanah, santun dalam bertutur kata, peduli terhadap sesama, dan profesional dalam bekerja. 

⦁ Dakwah Bil Lisan (Melalui Ucapan): Sampaikanlah nasihat dengan lembut dan bijaksana. Gunakan media sosial untuk menyebarkan konten yang bermanfaat, bukan menebar kebencian. 

⦁ Dakwah Bil Qolam (Melalui Tulisan/Media): Tulis artikel, buat video edukatif, atau sebarkan pesan-pesan Islam yang menyejukkan. 

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Jum’at Yang Dirahmati Allah SWT.
Dalam Sejarahnya Nabi tidak hanya mengandalkan lisan dan akhlak. Ketika Islam mulai meluas dan membutuhkan jangkauan yang lebih jauh, beliau menggunakan media yang paling canggih saat itu.Contoh Nyata Media Dakwah Nabi diantaranya:

⦁ Surat-Surat Diplomatik (Korespondensi): Setelah Perjanjian Hudaibiyah, Nabi mengirimkan surat-surat kepada raja-raja besar di luar Jazirah Arab, seperti Raja Heraclius dari Romawi Timur dan Kaisar Kisra dari Persia. Surat-surat ini berisi ajakan untuk memeluk Islam.  Ini menunjukkan bahwa Nabi memanfaatkan media tulisan untuk menjangkau audiens (komunikan) yang berada di luar jangkauan langsung (geografis). Ini adalah “e-mail” atau “pesan siaran” pada zamannya!

⦁ Masjid sebagai Pusat Multimedia: Masjid yang pertama kali didirikan Nabi di Madinah bukan sekadar tempat shalat, tetapi juga pusat edukasi, politik, sosial, dan tempat musyawarah. 

Nabi menjadikan tempat (fisik) sebagai media sentral (pusat) untuk menyampaikan ajaran, berdiskusi, dan membangun peradaban. Ini setara dengan ”Markas Pusat Konten” atau ”Studio Dakwah” di era kita.

⦁ Rumah Al-Arqam bin Abil Arqam: Pada masa dakwah sembunyi-sembunyi di Mekkah, rumah sahabat ini dijadikan sekolah Islam pertama, tempat menguatkan akidah Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Nabi memanfaatkan ruang privat sebagai media dakwah fardiyah (personal) dan pengkaderan yang intensif.

Dari kisah Nabi ini, kita memahami bahwa dakwah adalah substansi, sementara media adalah sarana (alat).  Maka, di zaman kita:

⦁ Media adalah Perluasan Jangkauan: Jika Nabi mengirim surat untuk menjangkau raja di luar negeri, hari ini kita memiliki media sosial, YouTube, dan podcast yang bisa menjangkau miliaran orang di seluruh dunia hanya dalam hitungan detik. Kita wajib memanfaatkan teknologi ini untuk menyampaikan Hadis dan Al-Qur'an.

⦁ Kecepatan Penyebaran Kemungkaran: Kemungkaran hari ini menyebar sangat cepat melalui feed dan timeline digital. Jika kita diam dan hanya berdakwah secara konvensional, kita akan kalah cepat. Kita harus menggunakan "media yang sama" untuk menyebarkan kebaikan (ma'ruf) dan melawan kemungkaran (munkar).

⦁ Amanah Sabda Nabi ”Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat”:

Perintah ini bersifat umum. Jika hari ini cara tercepat dan terluas untuk menyampaikan satu ayat adalah melalui video singkat, artikel, atau poster digital, maka itulah yang harus kita gunakan. Menolak media adalah bentuk kelalaian dalam menunaikan amanah Nabi.

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Jum’at Yang Dirahmati Allah SWT.

Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi, pesan, atau ide kepada audiens. Media dapat berupa:

⦁ Media Cetak: koran, majalah, buku, pamflet, dan lain-lain.
⦁ Media Elektronik: televisi, radio, film, dan lain-lain.
⦁ Media Digital: internet, media sosial, aplikasi mobile, dan lain-lain.
⦁ Media Visual: gambar, foto, video, dan lain-lain.
⦁ Media Audio: musik, podcast, dan lain-lain.

Media memiliki peran penting dalam diantaranya Menyampaikan informasi dan berita, Mengedukasi dan meningkatkan kesadaran, Menghibur dan menginspirasidan Mempengaruhi opini dan perilaku. 

Allah Berfirman Di Dalam Al-quran :
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ۝٣٣

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". QS. Fussilat: 33 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ ۝٦

- "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu". QS. Al-Hujurat: 6

Ada berbagai macam keuntungan berdakwah dengan menggunakan media social , diantaranya:
⦁ Jangkauan luas: Media sosial memungkinkan pesan dakwah dapat dijangkau oleh banyak orang, tidak terbatas oleh jarak geografis.

⦁ Akses mudah: Masyarakat dapat mengakses konten dakwah di media sosial kapan saja dan di mana saja.

⦁ Interaksi langsung: Media sosial memungkinkan interaksi langsung antara dai dan audiens, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi.

⦁ Konten visual: Media sosial memungkinkan penggunaan konten visual seperti gambar, video, dan live streaming untuk menyampaikan pesan dakwah dengan lebih menarik.

⦁ Biaya rendah: Menggunakan media sosial untuk dakwah relatif lebih murah dibandingkan dengan metode dakwah tradisional.

⦁ Meningkatkan kesadaran: Media sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ajaran Islam dan nilai-nilai kebaikan.

⦁ Membangun komunitas: Media sosial dapat membantu membangun komunitas online yang dapat saling mendukung dan berbagi pengalaman dalam menjalankan ajaran Islam.

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Jum’at Yang Dirahmati Allah SWT.
Namun, kita juga harus menyadari bahwa media sosial memiliki tantangan tersendiri. Kita harus berhati-hati dalam memilih konten yang akan dibagikan, memastikan bahwa informasi yang disampaikan akurat dan tidak menyesatkan. Kita juga harus berhati-hati terhadap hoaks dan ujaran kebencian yang dapat merusak citra Islam. 

Dalam menggunakan media sosial sebagai wahana dakwah, kita harus bijak dan bertanggung jawab. Kita harus memastikan bahwa konten yang dibagikan bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Dengan demikian, kita dapat menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah yang efektif dan membangun masyarakat yang lebih baik.

Marilah kita sadari sepenuhnya bahwa kita adalah pewaris sah dari tugas suci para nabi, tugas dakwah. Janganlah kita biarkan kebatilan merajalela hanya karena kita terlalu nyaman dalam diam. Mari kita bangkit dan menjadi duta-duta Islam di mana pun kita berada.

Mulailah dari diri sendiri, perbaiki kualitas ibadah dan akhlak kita. Lanjutkan ke keluarga, ajak mereka menuju ketaatan. Luaskan ke lingkungan, tebarkan kebaikan dan kedamaian.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dan menjadikan lisan, perbuatan, dan tulisan kita sebagai sarana untuk melanjutkan estafet dakwah Nabi Muhammad. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)
 

Tags :

Related Posts: