Hikmah: Efek Dzarrah, Jaga Langkah dan Hati
Ibadah sejati bukan hanya gerakan lahiriah, tetapi kesadaran batiniah yang menjaga setiap niat. Langkah melambangkan perbuatan, hati melambangkan sumber arah.
Oleh: Saparwadi Nuruddin Zain
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Banyak orang tidak jatuh karena jurang besar, tetapi karena batu kerikil kecil yang luput dari perhatian. Demikian pula dalam kehidupan ruhani, manusia sering tergelincir bukan karena dosa besar yang nyata, melainkan karena kelalaian kecil yang dibiarkan. Kerikil kecil itu adalah kata yang tidak dijaga, niat yang tidak lurus, kesombongan halus, atau perkara remeh yang merusak hati. Ia tampak ringan, tetapi seperti partikel kecil yang menabrak sistem besar, efeknya dapat mengguncang seluruh tatanan hidup.
Dalam kehidupan spiritual, “tergelincir karena batu kerikil” berarti kehilangan keseimbangan hati karena kelalaian kecil. Iman goyah bukan karena badai besar, tetapi karena celah kecil yang tidak ditutup. Maka, kewaspadaan terhadap hal kecil adalah bentuk kesadaran tertinggi terhadap hukum Tuhan: bahwa dalam sistem Ilahi, tidak ada sesuatu pun yang sepele. Allah SWT berfirman: “Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya; dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya” (QS. Al-Zalzalah/99: 7–8).
Ayat ini menggambarkan hukum moral yang sejalan dengan hukum alam. Dalam fisika, setiap tindakan menghasilkan reaksi yang setara (for every action, there is an equal and opposite reaction). Dalam matematika, satu nilai kecil yang terus dijumlah atau dikalikan akan membesar tak terbatas. Maka dalam spiritualitas, amal sekecil dzarrah atau dosa sekecil kerikil pasti memiliki akibat, karena hukum Tuhan bekerja setepat hukum semesta.
Energi tidak pernah lenyap; ia hanya berganti bentuk. Demikian pula amal manusia, tidak ada yang sia-sia, semua berubah wujud menjadi balasan, baik atau buruk. Al-Zalzalah bukan hanya gambaran gempa bumi fisik, tetapi juga gempa kesadaran moral, di mana getaran amal sekecil apa pun akan muncul ke permukaan pada hari pembalasan.
Rasulullah SAW bersabda: “Berhati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil, karena ia seperti sekumpulan kayu kecil yang bila terkumpul dapat menyalakan api besar.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi). Hadits ini menunjukkan hukum akumulasi ruhani. Dosa kecil ibarat getaran kecil yang bila berulang menjadi gelombang besar. Dalam matematika, kesalahan yang berulang adalah deret tak berhingga; dalam fisika, getaran kecil yang terus beresonansi bisa menimbulkan ledakan. Maka setiap mukmin harus menjaga langkah dan hatinya, sebab kerikil kecil yang diabaikan dapat menjadi batu besar yang menggulingkan jiwa.
Para sufi memahami bahwa tergelincir dalam hal kecil sering kali lebih berbahaya daripada jatuh dalam hal besar, karena ia tidak disadari. Syaikh Ibn Atha’illah berkata: “Betapa banyak dosa yang menumbuhkan rasa hina dan penyesalan, lebih baik daripada ketaatan yang menumbuhkan kesombongan.” Ungkapan ini menjelaskan bahwa yang menghancurkan manusia bukan hanya dosa kecil, tetapi kesombongan setelah ketaatan. Kadang seseorang tidak tergelincir oleh maksiat, melainkan oleh rasa “merasa benar” yang halus, dan itulah batu kerikil batin.
Dalam ungkapan lainnya, beliau menulis: “Tidak ada amal kecil yang keluar dari hati yang zuhud terhadap dunia dan berpaling dari makhluk, kecuali akan tumbuh besar.” Maknanya, amal kecil yang lahir dari hati bersih akan berlipat nilainya, sebagaimana partikel kecil yang mengandung energi besar.
Sebaliknya, amal besar tanpa keikhlasan menjadi kosong, seperti angka besar dikalikan nol. Dan beliau menegaskan lagi: “Amal perbuatan hanyalah bentuk lahir yang berdiri; ruhnya adalah keikhlasan yang tersembunyi di dalamnya.”
Seperti halnya atom tampak kecil namun menyimpan energi dahsyat, amal kecil dengan niat tulus mengandung kekuatan ruhani yang luar biasa. Maka, menjaga hati lebih penting daripada memperbanyak bentuk amal, sebab hati yang keruh menjadikan langkah mudah tergelincir oleh batu kerikil yang kecil.
Dalam fisika dikenal hukum keseimbangan energi; dalam spiritualitas, ada hukum keseimbangan amal. Allah SWT berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzāriyāt/51: 56).
Ibadah sejati bukan hanya gerakan lahiriah, tetapi kesadaran batiniah yang menjaga setiap niat. Langkah melambangkan perbuatan, hati melambangkan sumber arah.
Bila langkah salah, amal kehilangan makna; bila hati kotor, niat kehilangan cahaya. “Tergelincir karena batu kerikil” menjadi pengingat agar manusia tidak menyepelekan kesalahan kecil dan tidak membanggakan amal besar. Dalam sistem Tuhan, semua yang kecil akan menampakkan akibatnya.
Hidup ini penuh kerikil kecil, berupa godaan, kelalaian, kesombongan halus. Tidak semua menjatuhkan sekaligus, tetapi cukup satu yang tak dijaga untuk membuat langkah tergelincir. Maka jagalah langkah dan hatimu. Karena dalam pandangan Allah SWT, dzarrah dan kerikil sama-sama bernilai, keduanya kecil di mata manusia, tapi besar di timbangan amal.
“Efek Dzarrah” adalah cermin dari “tergelincir karena batu kerikil”, maknanya hukum Ilahi yang mengingatkan bahwa dari yang kecil-lah muncul perubahan besar, baik menuju cahaya maupun menuju jatuhnya manusia ke dalam kegelapan. Wallaahu a’lam.