Kajian Subuh Istiqlal: Keutamaan Doa dalam Menjalin Hubungan dengan Sesama Muslim dan Menjaga Warisan Iman

Janganlah melupakan kebaikan di antara kamu. (QS. Al-Baqarah [2] : 237)

Share :
Kajian Subuh Istiqlal: Keutamaan Doa dalam Menjalin Hubungan dengan Sesama Muslim dan Menjaga Warisan Iman
Artikel

Oleh : KH. Ahmad Busyairi, Lc. MA 

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Salah satu bagian dari hablum minannas adalah saling doa mendoakan satu sama lain. bahkan pertemuan antara seorang muslim dengan muslim yang lain selalu diawali dengan doa Assalamu'alaikum Warahmatullah. Pembicaraan atau pernyataan dan perkataan yang disampaikan juga diawali dengan doa Assalamu'alaikum. 

Bahkan surat-surat yang dikirim oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada raja-raja di zaman beliau itu pun juga diawali dengan doa Assalamu 'ala man ittaba 'a Al-Huda “keselamatanlah bagi mereka yang mau mengikuti petunjuk dari Allah Subhanahu wa taala”. Begitulah doa menjadi bagian yang tidak terpisahkan saat kita memastikan hubungan kita dengan saudara kita yang muslim. 

Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan jaminan dalam sebuah hadis beliau menyatakan:

 دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ 

Artinya: “Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” 

Ketika dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Abi Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pulang dari sebuah perjalanan saat tiba di samping Masjid An-Nabawi yang rumah beliau berdekatan dengan Masjid Nabawi beliau melihat ada seseorang yang sedang melaksanakan salat di dalam masjid di tengah kegelapan malam. Setelah selesai salat orang ini kemudian berdoa. 

Saat orang ini berdoa Nabi shallallahu alaihi wasallam menyatakan mintalah niscaya Allah akan mengabulkan doa dan permintaanmu. Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu yang ketika itu mendampingi baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam merasa bahwa orang ini sangat beruntung karena doanya diaminkan oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam. 

Maka ia merasa berkepentingan untuk menyampaikan kabar gembira ini kepada orang yang tadi berdoa. Selesai beliau menghantar baginda Nabi sallallahu alaihi wasallam ke rumahnya beliau kembali ke masjid untuk mencari tahu sekaligus memberitahu orang yang tadi berdoa bahwa doanya telah diaminkan oleh Rasul shallallahu alaihi wasallam sebagai bentuk kepastian bahwa doanya akan diijabah oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Tapi sayangnya sosok yang tadi berdoa yang doanya diaminkan oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam sudah ada lagi di masjid. Sayidina Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu ya merasa bahwa orang itu adalah orang yang paling berbahagia karena doanya diaminkan oleh baginda Nabi maka layak diberitahu tapi qadarullah Allah subhanahu wa ta'ala mentakdirkan orang yang tadi berdoa sudah pergi pergi meninggalkan masjid. 

Baginda Nabi sallallahu alaihi wasallam dengan kedudukan mulia beliau, dengan ketinggian makam beliau yang itu murni istifa murni Ittiba pilihan daripada Allah subhanahu wa taala. Tapi beliau tidak menafikan bahwa kemuliaan yang beliau rasakan, keistimewaan yang beliau terima dari Allah Subhanahu wa ta'ala tidak lepas dari doa datuk beliau Sayidina Ibrahim Alaih Salam. 

Nabi shallallahu alaihi wasallam seakan-akan mengingatkan kita kepada perintah Allah subhanahu wa ta'ala: 

وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ 

Artinya: Janganlah melupakan kebaikan di antara kamu. (QS. Al-Baqarah [2] : 237). 

Isyarat kepada firman Allah Subhanahu wa ta'ala yang daripada doa Ibrahim Alaih Salam 

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ 

Artinya : Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu. (QS. Al-Baqarah [2] : 129).

Allah utuslah dari keturunan mereka isyarat kepada Sayyidina Ismail Alaih Salam seorang rasul yang akan membacakan ayat-ayatmu yang akan mensucikan umatnya dan kemudian akan menyampaikan kepada mereka perintah-perintah Allah Subhanahu wa ta'ala. Ulama tafsir sepakat bahwa yang dimaksud oleh Sayidina Ibrahim Alaih Salam dalam ayat ini adalah baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam dan itu yang diperkuat dengan hadits yang Rasulullah sampaikan "Aku adalah ijabah daripada doa Ibrahim Alaih Salam”. 

Sebegitu besarnya peran dan kedudukan doa sehingga inilah anugerah yang bisa kita berikan inilah, persembahan yang kita bisa persembahkan kepada saudara kita yang muslim. Bahkan tanpa dibatasi oleh tempat tanpa dibatasi oleh waktu interaksi yang bisa kita lakukan kepada sesama muslim adalah saling mendoakan bahkan kepada mereka yang sudah pindah alam, mereka yang sudah meninggal dunia interaksi ini masih tetap bisa kita lakukan. 

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ࣖ 

Artinya : Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr [59] : 10).

Allah subhanahu wa ta'ala menceritakan orang-orang beriman yang datang sesudah mereka mendoakan generasi sebelumnya ya Allah ampunilah dosa-dosa kami dan dosa orang-orang yang telah mendahului kami dalam iman dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kebencian kepada orang-orang yang beriman. Ini anugerah yang bisa kita berikan kepada saudara kita walaupun sudah pindah alam, walaupun sudah berbeda tempat tapi ternyata dengan wasilah doa kita masih bisa terhubung dengan mereka. 

Dalam hadis sahih ada beberapa orang dari Bani Salamah datang kepada Rasul shallallahu alaihi wasallam kemudian orang ini berkata “Wahai rasul apakah masih ada kesempatan aku untuk berbakti kepada ibu bapakku sepeninggal mereka kalau mereka? Masih ada kesempatan secara zahir untuk berbakti kepada mereka. Lalu bagaimana jika mereka sudah meninggal dunia apakah terputus kesempatan aku untuk terus berbakti kepada mereka? 

Rasul shallallahu alaihi wasallam kemudian menjawab. Kata Nabi SAW "Ada empat hal yang dengannya engkau masih bisa berbakti kepada orang tua yang sudah meninggalkan dirimu." Yang pertama Nabi katakan mendoakan keduanya, memohonkan ampun untuk keduanya, menunaikan janji-janji mereka, menyambung silaturahim kepada kerabat dari kedua orang tuamu. 

Jadi yang pertama Nabi shallallahu alaihi wasallam sebut sebagai media bakti kepada orang tua yang sudah meninggal dunia adalah asholatu alaihima mendoakan keduanya. 

Sayidina Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam setelah beliau masuk Islam dalam peristiwa perang Khaibar tahun ke-7 Hijriah. Beliau merasa berkewajiban untuk mengajak sang ibu untuk juga masuk Islam. Maka beliau tidak pernah letih tidak pernah bosan mengajak ibunya untuk membaiat Rasul shallallahu alaihi wa wasallam. 

Akan tetapi ibunya selalu menolak hingga suatu saat ketika Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu menyampaikan kembali ajakannya menjelaskan tentang keluhuran ajaran Islam ibunya justru memperdengarkan kepada Abu Hurairah hal-hal yang tidak beliau sukai tentang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dicaci maki dihina maka sedih hati Abu Hurairah bagaimana sang ibu tercinta yang notabel beliau mencintainya melebihi cintanya kepada yang lain ternyata tidak mau ikut masuk Islam.

Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu kemudian datang mengadu kepada Rasul shallallahu alaihi wasallam kemudian beliau katakan "Ya Rasulullah saya tidak pernah bosan mengajak ibu saya untuk mengenal Islam tapi hari ini atau kali ini ia telah memperdengarkan ke telingaku tentang dirimu hal-hal yang tidak aku sukai maka saya datang memohon kepadamu agar engkau mendoakan ibuku” 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tahu betul kecintaan Abu Hurairah kepada ibunya maka beliau kemudian mendoakan sang ibu daripada Abu Hurairah dengan perkataan beliau "Allahumma umma Abi Hurairah, ya Allah berilah hidayah berilah petunjuk kepada ibu daripada Abu Hurairah." Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu mendengar doa baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam sudah kebayang bahwa pastilah doa ini akan diijabah oleh Allah Subhanahu wa ta'ala cepat atau lambat. Maka beliau bersegera pulang ke rumahnya untuk memberitahu sang ibu bahwa dirinya telah didoakan oleh Rasul shallallahu alaihi wasallam walaupun atas apa yang telah ia lakukan kepada Rasulullah. Saat Abu Hurairah radhiyallahu anhu sampai di depan rumah beliau mengetuk pintu ya sang ibu mengatakan “Wahai Abu Hurairah berhentilah kamu di situ." 

Abu Hurairah mengatakan "Aku mendengar suara gemericik air." Saat kemudian pintu dibuka oleh sang ibu yang pertama ibu beliau ucapkan asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Abu Hurairah keluar dari rumahnya dengan mendengar cacian makian dari sang ibu kepada Rasulullah kemudian pulang mendengar dari lisan yang sama ucapan syahadat. Seakan-akan doa baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam jauh lebih cepat mengenai sasaran daripada cepatnya Abu Hurairah pulang ke rumah beliau untuk membawa kabar berita gembira itu. 

Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu tidak berhenti sampai disitu kenikmatan yang sudah Allah berikan kepada dirinya dan ibu beliau ingin juga dirasakan oleh orang-orang yang datang sesudah beliau dengan perantaraan beliau. Bagaimana caranya beliau datang kepada Rasul shallallahu alaihi wasallam untuk kali berikutnya kemudian beliau katakan "Ya Rasulullah doakanlah agar Allah Subhanahu wa ta'ala mencintaiku dan mencintai ibuku dan mencintai orang-orang yang mencintai kami." 

Rasul shallallahu alaihi wasallam kemudian memenuhi permintaan Sayidina Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu kemudian beliau bersabda "Allahumma ahibba aba Hurairah wa ahibba ummahu wa ahibba man ahabba huma." Ya Allah cintailah Abu Hurairah cintailah ibundanya dan cintailah siapapun yang mencintai keduanya. Abu Hurairah ingin menyambung cinta Allah kepada dirinya cinta Allah kepada ibundanya dengan cinta Allah kepada orang-orang yang mencintai keduanya. 

Wasilahnya adalah doa beliau ingin anugerah cinta Allah yang Allah anugerahkan kepada beliau dan kepada ibu beliau melalui doa baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam juga dirasakan oleh orang-orang yang datang sesudah beliau. Maka beliau ikutkan kita sebagai umat baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang datang di akhir zaman dalam rangkaian doa yang dipanjatkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam ya Allah cintailah Abu Hurairah cintailah ibundanya dan cintailah orang-orang yang mencintai keduanya Sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu ta'ala anhu ard paham betul nilai sebuah doa. 

Sehingga ketika ada satu pernyataan dari baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang itu menjadi pintu masuk meraih cinta Allah dan cinta Rasul dan cinta orang-orang yang dicintai oleh Allah dan Rasul. 

Karena itu bahagian yang diajarkan oleh baginda Nabi sallallahu alaihi wasallam untuk kita panjatkan kepada Allah “Allahummarzuqni hubbaka wa hubba man yuhibbuk hubba kulli amalin yuqorribu ila hubbik ya”. “Allah anugerahkanlah kepadaku cinta kepada-Mu dan anugerahkanlah kepadaku cinta kepada amalan yang mendekatkan aku untuk cinta kepada-Mu dan anugerahkanlah juga kepadaku cinta orang-orang yang mencintaimu”.

Karena kalau kita meraih cinta Allah sekaligus juga cinta orang-orang yang cinta kepada Allah dan juga Allah anugerahkan cinta kepada amalan yang bisa mendekatkan diri kita cinta kepada Allah ini anugerah besar yang Allah Subhanahu wa taala anugerahkan kepada seseorang yang tidak ada anugerah lebih besar daripada cinta Allah kepadanya. 

Banyak kemuliaan dan keistimewaan yang Allah Subhanahu wa taala berikan kepada seseorang melalui media doa. Kalau Nabi sallallahu alaihi wasallam memastikan beliau adalah bahagian dari ijabah doa Ibrahim Alaihissalam kepada Allah Subhanahu wa taala pun juga demikian dengan generasi salaf allah Subhanahu wa taala menceritakan dalam surat Al-Kahfi kisah anak yatim yang hartanya dijaga oleh Allah subhanahu wa taala. 

وَاَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَانَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا 

Artinya : Adapun dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. (QS. Al-Khaf [18] : 82). 

Maka menjadi sebuah harapan sekaligus juga keinginan kita kepada Allah Subhanahu wa taala yang kemudian diterjemahkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa taala salah satunya yang kita peruntukkan kepada saudara-saudara kita. Sehingga salah satu rukun khotbah ketika kita menyampaikan khotbah ya kepada umat yang berisi ajakan untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa taala. 

Salah satu yang wajib kita sampaikan yang wajib kita sertakan dalam khotbah itu adalah doa untuk muslimin muslimat Allahummaghfir Lil Muslimina Wal Muslimat Wal Muminina Wal Mukminaat kita ingin muslimin muslimat ya tanpa dibatasi oleh tempat, tanpa dibatasi oleh waktu mereka mendapatkan bagian dari doa kita. 

Bahkan Nabi shallallahu alaihi wasallam secara khusus memerintahkan wanita-wanita haid yang sedang uzur khusus di hari raya Idul Fitri Idul Adha mereka pun diperintahkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk datang ke mushola walaupun mereka tidak ikut salat bersama-sama. Yang disebut oleh Nabi sallallahu alaihi wasallam sebagai alasannya muslimin agar wanita-wanita itu juga ikut mendoakan doa yang dibaca oleh orang-orang muslim. 

Mereka yang datang salat Ied ya membaca doa yang kemudian diaminkan. Nabi sallallahu alaihi wasallam menyatakan kepentingan atau tujuan kedatangan wanita-wanita haid yang mereka tidak ikut salat ketika itu adalah untuk menghadiri doa-doa orang-orang muslim yang ada di mushola. 

Ketika kita membaca rangkaian ayat Al-Qur'an. Salah satu petunjuk yang Allah Subhanahu wa taala ajarkan di dalam Al-Qur'an apa yang bisa kita lakukan untuk generasi sesudah kita, ada anak, ada cucu, dan terus sampai waktu yang Allah tentukan apa yang bisa kita persembahkan untuk mereka. Mungkin kita tinggalkan harta dan warisan. 

Terkadang harta dan warisan itu cepat habisnya, yang Allah ajarkan di dalam Al-Qur'an kita tinggalkan doa kita titipkan doa kepada Allah untuk mereka Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa”. 

Yang jelas akan menyejukkan hati seseorang sesudah ia meninggal dunia adalah iman dan Islam yang diwariskan oleh anak dan keturunannya. Itulah sebaik-baik yang kita bisa titipkan kepada Allah untuk keturunan kita agar mereka senantiasa dijaga oleh Allah subhanahu wa taala dipelihara oleh Allah subhanahu wa taala dan itu juga pesan para nabi kepada keturunan mereka. 

Allah Subhanahu wa taala menceritakan wasiat Sayyidina Yaakub Alaih Salam kepada keluarganya kepada anak dan keturunannya: 

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ 

Artinya : Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”(QS Al-Baqarah [2] : 133).

Beliau ingin memastikan apa yang akan dilakukan oleh keturunannya sepeninggal beliau. Maka anak-anak keturunan beliau langsung menjawab ya langsung membuat pernyataan di hadapan Yaakub Alaih Salam نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu” disebutlah Ismail alaih salam disebutlah Ishak Alaih Salam sebagai datuk-datuk yang memang mewariskan iman dan Islam kepada keturunannya. Sang anak memastikan sang ayah bahwa mereka akan terus berpegang dengan iman dan Islam. 

Itu yang ingin dipastikan oleh seorang nabi kepada keturunannya Yakub Alaih Salam yang padahal keturunannya juga adalah para nabi diantaranya Yusuf Alaih Salam tapi beliau ingin memastikan sebagai bentuk pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu wa taala bahwa beliau telah mewariskan iman dan Islam kepada keturunannya. 

Itu yang Allah Subhanahu ceritakan di dalam Al-Qur'an allah rekamkan di dalam Al-Qur'an sebagai modal kita untuk juga memastikan hal yang sama kepada keluarga dan keturunan kita. 

Al Imam Abdul Wahab As-Y'rani rahimahullahu ta'ala menceritakan ketika ada seseorang ya dari kalangan ulama dalam keadaan sakaratul maut dia berpesan kepada anak-anaknya dalam bentuk ibrah dalam bentuk contoh beliau katakan "Wahai anak-anakku janganlah kalian kotori rumahku ini sepeninggalku karena ketahuilah sudah sekian banyak shalat yang aku kerjakan di rumah ini dari kal dari kaitannya dengan salat-salat sunah sudah sekian kali khataman Al-Qur'an yang aku khatamkan di rumah ini jangan sekali-kali kalian nodai jangan sekali-kali kalian kotori rumah ini sepeninggalku”. 

Ini dalam bentuk contoh beliau tidak secara spesifik mengatakan "Lakukanlah seperti apa yang aku lakukan." Tapi beliau menceritakan apa yang telah beliau lakukan. Aku telah salat sunah sebanyak sekian di rumah ini aku sudah khatam Al-Qur'an sekian banyak di rumah ini jangan kemudian kalian berani mengotori rumah ini. 

Bukan seberapa banyak ya harta yang beliau tinggalkan bukan seberapa mewah rumah yang beliau wariskan tapi beliau memastikan bahwa di tempat ini di rumah ini aku telah meninggalkan jejak-jejak kebaikan. Aku telah mencontohkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa taala maka jaga kesucian jaga kebersihan rumah ini sepeninggalku. Bukan semata dari kebersihan zahirnya tapi utamanya daripada kebersihan batinnya. (RIZKI/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: