Mimbar Ramadhan Istiqlal: Fungsi Zakat Tafsir QS At Taubah Ayat 103
Zakat mengajarkan kepada kita, zakat mendidik kita semua untuk menjaga agar perahu kita jangan sampai bocor. Bahwasanya kita jangan sampai berlebihan mencintai dunia hubbud dunya.
Oleh: Dr. KH. M. Abid, MA
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Kita sebagai umat Islam patut bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas alangkah indahnya Islam, alangkah indahnya bulan suci Ramadhan, alangkah indahnya malam-malam terakhir bulan suci Ramadhan,alangkah indahnya syiar dari ajaran agama kita yang terpancar dari keimanan yang ini adalah merupakan perwujudan dari hidayah Allah Subhanahu wa ta'ala.
Alangkah indahnya seorang mukmin yang dengan penuh ketakwaan dengan penuh keikhlasan dengan penuh kesadaran menjalankan segala amaliah Ramadhan dengan Imanan wa ihtisaban yang tentu pahalanya sangat besar di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. diampuni segala dosa-dosanya dan ia akan keluar menjadi pribadi yang betul-betul bersih dan suci memasuki Idul Fitri nantinya.
Sebagai bentuk rasa syukur kita karena telah diberikan panjang umur sehat walafiat dipertemukan dengan Ramadhan 1446 Hijriah ini. Marilah dalam sisa-sisa hari bulan suci Ramadhan asyrul awakhir mari kita hidupkan malam-malamnya dengan beriktikaf. tadarus, Al-Qur'an, memperbanyak istighfar, berzikir kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Semoga dengan demikian kemudian kita tergolong menjadi orang-orang yang betul-betul bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Surah At-Taubah ayat 103 yang ini sejalan dengan tema malam hari ini yaitu tentang fungsi dari zakat, Allah subhanahu wata'ala berfirman:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka.” (QS. At-Taubah [9] :103).
Maka dengan demikian ayat 103 surah at-Taubah ini adalah merupakan perintah kepada baginda Rasulillah sallallahu alaihi wasallam untuk mengambil sedekah atau yang kita sebut zakat dari orang-orang muslim yang tentu telah memiliki kemampuan nisab tertentu dari zakat malnya untuk kemudian dikeluarkan sebagai zakatnya. Karena itu zakat adalah merupakan rukun Islam yang ketiga yang tidak bisa dipisahkan dengan salat.
Di dalam Al-Qur'an terdapat 82 ayat yang tidak memisahkan antara salat dan zakat itu menandakan bahwasanya zakat adalah merupakan pilar yang sangat penting di dalam Islam yang apabila siapapun meninggalkannya maka tergolong orang yang tidak melaksanakan rukun Islam.
Dalam Islam kita kenal ada dua jenis zakat, yaitu sebagai berikut:
- Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang dilaksanakan setiap kita melewati bulan suci Ramadhan dan memasuki Idul Fitri dan ini wajib hukumnya bagi setiap muslim yang memiliki makanan pada malam Idul Fitri. Tidak mengenal apakah dia sudah baligh atau dia masih anak-anak tidak mengenal apakah dia termasuk orang kaya atau orang miskin semua zakat fitrah ini adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
2. Zakat Mal
Zakat mal atau zakat harta ini adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim yang telah memiliki harta dengan kadar tertentu dan waktu tertentu yang disebut dengan nisab dan haul. Keduanya adalah merupakan rukun Islam yang oleh karena itu di dalam surah At-Taubah ayat 103 ini Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada baginda Nabi besar shallallahu alaihi wasallam untuk mengambilnya Khudz min amwalihim.
Fungsi Zakat
Berbeda dengan amalan-amalan yang lain, amalan zakat adalah amalan yang tentu dalam Islam memiliki dimensi Habluminallah tapi sekaligus juga memiliki dimensi habluminannas. Oleh karena itu langsung disebutkan di dalam surah At-Taubah ini apa fungsi dari zakat itu sendiri fungsi dari zakat itu sendiri di dalam surat At-Taubah ini disebutkan Khuż min amwālihim ṣadaqatan tuṭahhiruhum wa tuzakkīhim bihā setidaknya ada dua hal yang disebutkan di dalam surah at-Taubah ini yang pertama bahwa sedekah zakat ini adalah punya fungsi yang sangat penting fungsi yang disebut dengan taṭhīr penyucian.
Penyucian terhadap apa? para ulama mufassirin menjelaskan penyucian yang pertama adalah terhadap harta benda yang kita miliki. Pada setiap harta yang kita miliki sesungguhnya di situ adalah terdapat hak yang bukan milik kita yaitu adalah hak daripada mustahiqun delapan asnaf yang disebutkan di dalam Al-Qur'an. Mereka sesungguhnya adalah memiliki hak terhadap harta kita yang harus kita keluarkan.
Maka itu hukumnya adalah wajib, siapapun yang tidak melaksanakannya maka dia terkena dosa. Maka di situ disebutkan tuṭahhiruhum barang siapa yang telah mengeluarkan zakat malnya maka sesungguhnya dia telah membersihkan harta yang ia miliki dari kotoran-kotoran yang sesungguhnya itu adalah hak orang lain. hak mustahiqun yang terdiri dari delapan asnaf. Maka manakala kita telah menunaikan zakat malnya maka sesungguhnya kita telah mensucikan harta yang kita milik.
Para mufassir juga menjelaskan bahwa makna tuṭahhiruhum di sini ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang bertaubat dari segala dosa dari segala maksiat dari perbuatan-perbuatan mungkar yang sesungguhnya sumber utama dari perbuatan-perbuat perbuatan mungkar itu adalah hubbud dunya. Terlalu berlebihan kecintaan kita kepada dunia yang kemudian menyebabkan kita tergelincir di dalam perbuatan-perbuatan mungkar dan fahsya. Maka dari itu dengan kita berzakat maka akan mampu mensucikan diri kita, mensucikan hati kita, menanggalkan apa yang disebut dengan hubbud dunya kecintaan yang berlebihan kepada dunia.
Maka bagi orang yang telah berzakat sesungguhnya dia juga telah mensucikan dirinya, sesungguhnya dia telah membersihkan hatinya, sesungguhnya dia telah menjernihkan hatinya dari kotoran yaitu berupa kecintaan yang berlebihan kepada harta benda dan dunia. Hubbud dunya ini kata Imam Al-Ghazali adalah merupakan pangkal dari setiap kejahatan yang muncul yang timbul pada setiap orang maupun di tengah masyarakat. Oleh karena itu orang yang telah berzakat juga sesungguhnya dia telah membersihkan dan mensucikan hatinya dari kotoran berupa hubbud dunya yang berlebihan.
Persoalan hubbud dunia kecintaan kita kepada dunia yang berlebihan ini adalah penyakit yang menimpa setiap diri dari kita yang tidak menyadari. Tanpa sadar karena memang Allah Subhanahu wa ta'ala juga menyebutkan di dalam salah satu firmannya:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ
Artinya: Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang.(QS. Ali-Imran [3] : 14).
Bahwasanya manusia itu dihiasi dengan kecintaan kepada hal-hal yang bersifat syahwat duniawi termasuk kecintaan kepada harta benda, jabatan, kekuasaan, dan lain sebagainya. Padahal bagi kita seorang muslim dunia itlak di hari akhir. Oleh karena itu bagi seorang muslim kita mengarungi dunia itu ibaratnya kita sedang mengarungi lautan.
Kita akan menuju satu pulau harapan cita-cita kita kebahagiaan kita kelak tidak hanya di dunia tetapi juga kelak di akhirat yaitu menggapai mardhatillah menggapai ridha Allah subhanahu wa ta'ala. Bagi seorang muslim Ilahi anta maqsudi waridhoka matlubi wahai “Tuhanku Engkau adalah tujuanku dan ridho mu adalah merupakan harapanku”.
Bagi seorang muslim dunia itu tidak lain ibaratnya adalah seperti kita sedang menaiki sebuah perahu atau kapal menuju ke suatu pulau harapan. Sehingga bagi seorang muslim dunia itu harus menjadi wasilah, menjadi perantara, menjadi jalan kita untuk mencapai keridhaan Allah. Oleh karena itu manakala air laut yang kita jadikan sebagai jalan kemudian menerobos masuk ke dalam perahu kita. Karena perahu kita bocor maka akibatnya kemudian perahu kita menjadi tenggelam dan kita tidak akan sampai kepada tujuan yaitu pulau harapan kita mardhatillah.
Zakat mengajarkan kepada kita, zakat mendidik kita semua untuk menjaga agar perahu kita jangan sampai bocor. Bahwasanya kita jangan sampai berlebihan mencintai dunia hubbud dunya yang disebutkan di dalam surah At-Takatsur:
اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ
Artinya: Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu.(QS. AT-Takatsur[102]: 1).
Sesungguhnya akan melalaikan kita dan akan menyebabkan kita tenggelam maka kemudian kita sebut sebagai orang yang lupa daratan. Sekali lagi zakat ini betul-betul mengajarkan kepada kita untuk senantiasa kita kemudian memiliki kepekaan sosial, kepedulian sosial di antara sesama kita. Di dalam Islam ibadah itu tidak hanya ibadah mahdhah tidak hanya kesalehan individual tetapi juga bagaimana kita terus memupuk kesalehan sosial kita dengan kita mencintai sesama, mencintai fakir miskin, peduli kepada anak-anak yatim, peduli kepada hal-hal yang membutuhkan uluran tangan kita yang itu sesungguhnya adalah bagian dari amaliah sosial kita yang betul-betul diajarkan melalui zakat.
Dalam salah satu hadis disebutkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يُرْفَعُ إِلَّا بِزَكَاةِ الْفِطْرِ (رَوَاهُ ابْنُ شَاهِينٍ وَالضَّيَاءُ، الْحَسَنُ الْغَريبُ
Artinya: “(Puasa) bulan Ramadan itu tergantung di antara langit dan bumi, yang tidak akan diangkat kecuali dengan zakat fitrah.” (HR Ibn Shahin dan adh-Dhiya)
Artinya bahwa puasa yang kita jalani hendaknya mampu mendidik, mampu mengantar kita untuk sampai kepada apa yang disebut dengan takwa yang di dalamnya ada kesadaran pentingnya kita memiliki kepekaan sosial di antara sesama kita. Itulah yang diajarkan oleh puasa, itulah yang diajarkan oleh amaliah Ramadhan, itulah yang diajarkan oleh Islam.
Islam mengajarkan kepada kita bahwasanya al dunyaaya fii yadiii Walaa taj'al dunyaaya fii qolbii jangan engkau jadikan dunia harta benda kekuasaan jabatan itu ada di dalam hati jadikanlah itu hanya di tangan kita saja manakala harta benda jabatan kekuasaan popularitas ada di dalam hati maka itu ibaratnya seperti perahu di mana air lautnya masuk ke dalamnya. Maka marilah kita tambal hati kita dengan kokoh sehingga kemudian air laut yang kita jadikan sebagai jalan. Lalu kemudian tidak masuk ke dalam perahu kita sehingga kita menjadi orang yang selamat baik di dunia maupun di akhirat amin ya rabbal alamin. (RIZKI/Humas dan Media Masjid Istiqlal)