Hikmah: Memahami Hari Raya Idul Fitri
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin, Taqabbalallahu Minna wa Minkum Salihal A’maal, Kullu Aam wa Antum Bikhair
Oleh : KH. Bukhori Sail Attahiri, Lc., MA
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Saat ini kita sedang merayakan hari besar paling banyak dirayakan oleh umat Islam yaitu Idul Fitri. Secara etimologis Idul Fitri berasal dari Bahasa Arab عيد الفطر yang berarti Hari Raya Makan. Yaitu hari raya yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selama satu bulan penuh umat Islam diwajibkan berpuasa alias tidak boleh makan di siang hari.
Kata عيدaslinya عويد dengan wazan فعيل yang kemudian dibuang huruf و karena bertemu dengan huruf ي , dan harakat fathah pada fa fi’il diganti kasrah lantaran bertemu huruf ي juga, maka menjadi عِيْدٌ dari akar kata عاد – يعود yang berarti kembali. Maka dalam konteks ini Idul Fitri berarti hari umat Islam kembali boleh makan di siang hari.
Sebagian ulama ada yang memaknai Idul Fitri sebagai kembali kepada fitrah alias suci setelah satu bulan penuh melaksanakan ibadah-ibadah sesuai perintah syariat yang hasil akhirnya adalah jiwa yang suci karena semua dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah swt.
Pada hari Idul Fitri umat Islam dilarang berpuasa, hukumnya haram berpuasa pada hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha, baik puasa wajib seperti jika bernadzar berpuasa pada hari Idul Fitri atau puasa sunah seperti puasa Senin dan Kamis.
Allah swt menginginkan pada hari raya Idul Fitri ini umat Islam berbahagia secara keseluruhan. Jangan sampai ada ada, baik kelompok maupun oknum umat Islam yang tidak bergembira pada hari raya Idul Fitri.
Karena disyariatkan untuk mengeluarkan zakat fitrah bagi setiap muslim yang telah merasakan hidup pada bulan puasa tersebut. Dan zakat fitrah wajib disampaikan kepada yang berhak (mustahiq) fakir miskin, paling lambat menjelang dimulainya shalat Idul Fitri. Tidak lain adalah supaya pada hari itu tidak ada umat Islam yang tidak bisa makan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan semua umat Islam, laki-laki, perempuan, merdeka maupun budak, anak-anak, gadis dan jejaka, semua keluar rumah untuk melaksanakan salat Id bersama-sama. Agar mereka saling bertemu dan bergembira bersama. Karena kata Id berati gembira.
Untuk mendukung menciptakan suasana gembira itu Rasulullah saw juga memerintahkan agar pada hari Idul Fitri umat Islam mengenakan pakaian terbaik dan terbarunya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah punya hulah yang beliau kenakan hanya pada hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
Pada hari raya Idul Fitri umat Islam juga diperintahkan untuk saling berbagi hadiah, menyediakan makanan yang membuat gembira, seperti kue-kue manis, minuman manis, atau yang menyebabkan suasana senang jika dimakan.
Rasulullah saw juga memerintahkan agar saling berbagi ucapan selamat (tahni’ah) kepada sesama umat Islam. Hal ini sebagai upaya mensosialisasikan kegembiraan kepada seluruh lapisan masyrakat.
Ucapan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw adalah “Taqabbalallahu Minna wa Minkum” yang berarti “semoga Allah menerima segala amal ibadah kami dan anda sekalian”. Di dunia Islam kita dapat temukan ucapan yang berbeda-beda yang semua itu berarti doa, misalnya di negara-negara Arab biasa diungkapkan dengan “Id Mubarak, / Eid Sa’id,/ Kullu Aam wa Antum Bi Khair / Taqabbalallahu minna wa Minkum Salihal A’maal” dan lain-lain.
Orang Mesir biasa mengungkapkannya dengan “Kullu Sanah wa Inta Tayyeb”. Orang Aljazair mengungkapkanya dengan “Saha Eidak” atau Saha Eidkum” yang semuanya adalah ungkapan doa kabaikan.
Berkenaan dengan Hari Raya ini, seluruh tim redaksi Mimbar Jum’at (MJ) Masjid Istiqlal mengucapkan “ Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin, Taqabbalallahu Minna wa Minkum Salihal A’maal, Kullu Aam wa Antum Bikhair”. (BSA)